Diinjak injak orang dijalan dan penuh debu nestapa yang hina
Sampai suatu waktu ada tangan perkasa mengapaiku
lantas Ia menyimpanku dikantung baju dekat dengan jantungnya
“Aku akan membuatmu bersinar dan cemerlang’
Keraguan menyergapku tetapi kehangatan senyumnya meredam gelisahku
Pasrah ditangannya aku memberikan seluruh batuku dan debu yang menempel
Mulai aku tidak yakin akan apa yang dijanjikannya
Waktu berlalu akupun mulai bosan, rindu akan pingiran jalan
Walau diinjak orang dan berdebu tapi tidak kesepian
Suatu waktu tangan perkasa itu mengapaiku
Membungkusku dengan kain, mengusapku seraya mengulang kata
"Kamu akan bersinar … kamu akan bersinar…"
Dalam batuku aku berkata "mana mungkin” sambil berharap tersirat kebenaran
Tangan perkasa membawaku ke sinar lampu terang
Ada dua pisau dikiri kanan ku
“ia ingin menghancurkanku” teriakku
Namun apa daya aku hanya sebuah batu
Tertindih dan diasah oleh pisau pisau itu
Jeritan pisau merongrong sanubari batuku
Apalah aku ini hanya sebuah batu yang tersiksa
Terbangun aku dari rasa sakit yang berhenti seketika
Kudengar decapan kekaguman dan akupun mencari tahu
Terkaget saat melihat cermin dikiri dekat gelas minuman
Siapa batu yang mengkilap bersinar dan cermerlang itu?
Aku merasakan perubahan dari setiap orang yang mengagumiku
Aku tersipu malu dan tersanjung tinggi
Nama baruku batu permata berlian
Note from the writer: there is no moral of the story, just thinking of a diamond and I'm inspired to write this.
but that was in 2009, now to think of it, perhaps it could be us... in the hands of God.
No comments:
Post a Comment